Bahasa jawa dan menempatkan diri di mata orang lain - KIM CITRA TARUNA KENANGA

Breaking

KIM CITRA TARUNA KENANGA

Komunikatif, Informatif, Peduli Masyarakat

test banner

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Tuesday, 29 December 2015

Bahasa jawa dan menempatkan diri di mata orang lain


Bahasa Jawa yang mengenal ratusan bahkan ribuan kata namuan terbagi pada bahasa jawa ngoko, kromo alus, kromo madyo memang memberikan kasanah budaya yang luar biasa bagi hidup dan kehidupan orang jawa, coba kita perhatikan salah satu contoh penggunaan bahasa jawa pada penempatan diri sendiri dimata orang lain

Bahasa indonesia “kamu” dalam bahasa jawa ada ber macam yaitu “Kowe”, “awakmu”, “sampean”, “panjenengan” dll.
Mungkin sederhana tapi kalau dilihat dari mana menempatkan diri, harus sangat diperhatikan :
Kata “kowe” yang juga berarti kamu banyak dipakai oleh anak2 namun sebenarnya ada arti kata lain dari “kowe” yaitu anak budheng (monyet hitam), saat anda menggunakan kata ini sebenarnya anda sedang “menghina” teman bicara anda dengan mengandaikan teman anada sebagai anak budheng (monyet hitam), kata ini sangat banyak digunakan oleh anak-anak, sehingga mari kita ajarkan anak-anak kita untuk tidak menggunkan data ini di kehidupannya, karena dengan terbiasanya anak merendahkan orang lain maka akan berpengaruh pada kepribadiannya kelak.
Kata “Awakmu”, Awakmu berasal dari kata “awak” yang artinya tubuh, saat anda menggunakan kata Awakmu kepada lawan bicara berarti anda menempatkan diri sejajar dengannya, kata ini sering digunakan oleh orang-orang yang sudah sangat akrab.
Kata “Sampean”, kata “sampean” berasal dari kata “ampean” yang berarti kaki dalam bahasa jawa halus, saat anda menggunkan kata ini ibaratnya posisi anda dibawah dari lawan bicara, karena ampean (kaki) lebih rendah dari awakmu, kata ini biasanya digunakan pada orang yang lebih tua namun tidak terlalu jauh beda usianya seperti kakak kita, atau saudara sepupu yang lebih tua, rakan sejawat (pekerjaan) dll,
Kata terakhir yaitu “Panjenengan” atau “Jenengan”, berasal dari kata Jumeneng yang atinya berdiri, dengan penambahan kata akhiran “an” sehingga menjadi “jumenengan” maka bisa diartikan sebagai tempet berdiri juga bisa diartikan sebagai tempat berpijak, pada saat anda mengunakan kata “panjenengan”, anda memposisikan jauh dibawah lawan bicara, kata ini sering dipergunakn untuk menyebit orang jauh lebih tua seperti orang tua baik ayah maupun ibu, kakek ataupun nenek, atau orang yang memang harus dituakan serta dihormati seperti pimpinan,
Dari sedikit bahasa yang ingin penulis kupas, silahkan anda tempatkan diri anda pada tempatnya tanpa mengurangi rasa hormat kepada orang lain. Seyogyanya kita juga membetulkan apabila ada orang yang lebih tua dari kita menggunkan bahasa yang mungkin sedikit merendahkan dirinya untuk meninggikan derajat kita. Dan yang terakhir,  kemajemukan bahasa ini merupakan warisan yang menambah kekayaan serta jati diri orang jawa yang akan lebih memperindah budaya bangsa Indonesia, mari kita bangga akan bahasa jawa.  – Agus Wijanarko –

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Responsive Ads Here